PENGARUH PENGGUNAAN INSEKTISIDA KARBAMAT TERHADAP KESEHATAN TERNAK DAN PRODUKNYA

PENGARUH PENGGUNAAN INSEKTISIDA KARBAMAT TERHADAP
KESEHATAN TERNAK DAN PRODUKNYA




 


NAMA         : FERINA OCTAVIA
NIM          : 23010113190178



FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
KATA PENGANTAR
        Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sebab hanya karena kasih dan anugerah-Nya sajalah penulis pada akhirnya dapat menyelesaikan  makalah ini tepat waktu.
        Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia dasar,Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro. Penulis menyadari hambatan dan kesulitan tak lepas dalam mengerjakan makalah ini namun dengan bantuaan yang tak terkira baik berupa materi, pembimbingan, saran, pengembangan wawasan dan juga gagasan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat mengatasi persoalan-persoalan tadi. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah dengan ikhlas membantu dan mendukung penulisan karya tulis ini.
        Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Tri Agus Sartono MSi, selaku dosen mata kuliah  kimia dasar  yang telah memberi dorongan, bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini.
        Terima kasih yang tulus dan cinta yang mendalam penulis sampaikan kepada orangtua penulis tercinta yang selalu memberikan dorongan dan semangat kepada penulis. Kasih sayang, cinta dan doa mereka merupakan penyemangat.
        Penulis menyadari dalam karya tulis ini masih terdapat kekurangan atau kesalahan. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritik agar dijadikan pacuan untuk menjadikan karya tulis ini sempurna. Akhir kata penulis berharap agar karya tulis ini dapat berguna bagi siapapun yang membaca.

                                     Semarang, 7 Oktober 2013

                                                 Penulis

PENDAHULUAN
Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimiaberacun yang digunakan untuk menegendalikan jasad  penggangguyang merugikan kepentingan manusia. Pestisida telaah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Dibidang kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting. Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga vektor yang menularkan  penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan dengan bantuan pestisida. Dan berkat  pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah, tiphus danlain-lain.

Dibidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh sebagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai “dewa penyelamat” yang sangat vital. Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu penggunaan pestisida dari waktu ke waktu meningkat dengan pesat.

Secara umum, pestisida pertama kalidiperkenalkan di Indonesia pada tahun 1970-an bertepatan dengan pelaksanaan program intensifikasi pertanian padi dan tanaman pangan lain yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas.

Berdasarkan golongannya, pestisida dikelompokkan menjadi golongan OC, OP dan karbamat yang masing- masingnya memiliki toksisitas yang berbeda (WALDRON dan GOLEMAN, 1987).

Karbamat merupakan insektisida yang bersifat sistemik dan berspektrum luas sebagai nematosida dan akarisida (BONNER et al., 2005; TEJADA et al., 1990; COGGER et al., 1998). Golongan karbamat pertama kali disintesis pada tahun 1967 di Amerika Serikat dengan nama dagang Furadan (CORNELL UNIVERSITY, 2001). Umumnya karbamat digunakan untuk membasmi hama tanaman pangan dan buah-buahan pada padi, jagung, jeruk, alfalfa, ubi jalar, kacang-kacangan dan tembakau (RISHER et al., 1987; BONNER et al., 2005; TOBIN, 1970; TEJADA et al., 1990; FAO, 1997).

Bila penggunaan pestisida dilakukan sesuai aturan akan memberikan keuntungan yang tinggi di mana tanaman terhindar dari serangan penyakit dan hama, tetapi bila terjadi kesalahan penggunaan dapat menimbulkan pengaruh terhadap produktivitas seperti keracunan, gangguan kesehatan pada hewan non- target, pencemaran lingkungan dan residu pada produk pangan.









TINJAUAN PUSTAKA
Pestisida memiliki peranan penting dalam kegiatan pertanian untuk melindungi tanaman dari hama penyakit. Proses persiapan bahan insektisida dan penggunaannya harus dilakukan sesuai aturan untuk mendapatkan produktivitas yang baik. Bila tidak sesuai aturan seperti tertumpahnya insektisida dalam proses pencampuran di lapangan, tidak menggunakan  pengaman yang benar (sarung tangan dan masker) dan dosis yang berlebihan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan/keracunan dan residu pada produk pangan.
Pestisida berguna untuk mengendalikan berbagai hama serta mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman sehingga dapat memaksimalkan hasil pertanian. Namun residu dari pestisida tersebut berbahaya bagi lingkungan. Pestisida mengandung berbagai senyawa kimia yang dapat mengganggu kestabilan komposisi kimia tanah. Pestisida yang banyak digunakan sekarang adalah dari golongan hidrokarbon berklor. Pestisida ini mempunyai efek menahun atau bioakumulatif dan sulit terurai.
Dampak penggunaan pestisida tidak akan terlihat langsung, namun akan terasa pada tahun-tahun akan datang. Beberapa pestisida telah diteliti dapat bersifat carsinogenic agent, mutagenic agent, teratogenic agent, dan menimbulkan penyakit. Selain itu pestisida dapat menyebabkan pengaruh resisten pada tumbuhan/hama pengganggu.

Penggunaan pestisida golongan karbamat di Indonesia relatif baru terutama setelah pelarangan penggunaan dan peredaran sebagian besar pestisida golongan organokhlorin (OC). Insektisida golongan karbamat yang umum digunakan dalam kegiatan pertanian adalah karbofuran (Furadan), aldikarb (Temik) dan karbaril (Sevin). Bila penggunaan insektisida dilakukan sesuai aturan dapat memberikan keuntungan, tetapi bila tidak, akan menimbulkan kerugian seperti keracunan, gangguan kesehatan, pencemaran lingkungan dan residu pada produk pangan. Berdasarkan monitoring penggunaan karbamat di Pulau Jawa terdeteksi residu karbofuran pada tanah sawah (0,8 – 56,3 ppb), air sawah (0,1 – 5,0 ppb), beras (tt – 5,0 ppb), kedelai (1,2 – 610 ppb);  pakan ternak (12 – 102 ppb); daging sapi (110 – 269 ppb); dan serum sapi potong (167 – 721 ppb). Beberapa sampel pangan
tersebut mengandung residu karbofuran yang melebihi batas maksimum residu yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). Keberadaan residu karbofuran dalam produk pangan tersebut perlu menjadi perhatian mengingat karbamat merupakan pestisida yang bersifat toksik bagi kesehatan masyarakat dan ternak. Makalah ini membahas toksisitas pestisida golongan karbamat, gejala keracunan, residu pada pangan dan lingkungan serta pengendalian keracunan dan residu karbamat.
Karbamat umumnya digunakan untuk mengendalikan hama padi seperti penggerek batang, wereng batang coklat, wereng hijau dan hama lundi pada padi gogo (TURNER dan CARO, 1973). Meskipun pestisida memiliki tujuan yang positif dalam pengembangan usaha pertanian, namun kenyataan di lapangan penggunaan pestisida memiliki kelemahan dan dampak negatip terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat, ternak dan hewan non- target seperti timbulnya pencemaran lingkungan, keracunan, residu pada produk ternak dan tanaman serta resistensi hama penyakit terhadap pestisida tersebut (SOEJITNO dan SAMUDRA, 1994; MUSTAMIN dan MA’ARUF, 1990; WALISZEWSKI et al., 2003). Dampak negatif tersebut umumnya timbul sebagai akibat penyalahgunaan pestisida, kesalahan persepsi dan kecerobohan pengguna.



HASIL DAN PEMBAHASAN
Dampak Karbamat Pada Hewan Ternak
     Kasus keracunan pestisida/insektisida umumnya memerlukan tindakan penanganan yang cepat, tepat dan menyeluruh agar mortalitas dapat dicegah secara baik. Insektisida golongan karbamat umumnya terdiri dari karbaril (Sevin), aldikarb (Temik) dan karbofuran (Furadan) yang telah banyak beredar di Indonesia untuk digunakan dalam kegiatan pertanian dan perkebunan. Gejala awal keracunan karbamat terlihat berupa lemah, pusing, berkeringat, sakit kepala, salivasi, muntah dan diare. Kemudian diikuti dengan konstriksi pupil mata dan inkordinasi.
Aldikarb merupakan oxime dari insektisida karbamat yang dihasilkan oleh Union
Carbide Corporation dengan nama dagang Temik. Aldikarb bersifat relatif larut dalam air dan pelarut organik, yang merupakan senyawaan yang stabil kecuali dalam larutan yang bersifat basa, tidak mudah terbakar dan tidak bersifat korosif pada logam (RISHER et al., 1987). Aldikarb merupakan pestisida sistemik yang digunakan untuk membasmi berbagai jenis insekta dan nematoda. Pestisida ini diaplikasikan pada bagian bawah permukaan tanah untuk diabsorbsi oleh sistem perakaran tanaman, dan kelembaban.
     Aldikarb mudah terserap melalui saluran pencernaan dan kulit. Insektisida ini segera mengalami metabolisme dan diekskresikan dalam waktu 24 jam setelah pemaparan. Ekskresi terbanyak dari senyawa toksik dan metabolit (relatif nontoksik) seperti oxime dan nitril terjadi melalui urin (RISHER et al., 1987). Gejala klinis keracunan akut aldikarb bersifat spesifik seperti keracunan pestisida golongan organofosfat dan karbamat lainnya. Keracunan terutama akibat pengaruh nikotinik dan parasimpatetik yang disebabkan karena terjadinya hambatan asetilkholinesterase di dalam sistem syaraf somatik perifer dan syaraf otonom (BARON, 1994). Pengaruh pemaparan akut aldikarb dan metabolitnya bersifat transien (sementara), karena terjadi penyembuhan yang cepat dan spontan terhadap hambatan asetilkholinesterase dan tingkat perubahan  yang cepat dari distribusi dan metabolisme serta ekskresinya dari dalam tubuh. Penyembuhan sempurna terjadi dalam kurun waktu antara 3 sampai 6 jam setelah terpapar aldikarb (BARON, 1994).
Keracunan aldikarb pernah dilaporkan menimbulkan kematian pada 2 ekor dari 8 ekor sapi yang mengkonsumsi rumput tercemar Temik (SPIERENBURG et al., 1985). YUNINGSIH (1987) melaporkan bahwa 3 dari 5 sampel saluran pencernaan sapi yang diduga mengalami keracunan insektisida di Sumatera positif mengandung aldikarb dalam analisis laboratorium dengan metode thin layer Chromatography.

Residu Karbamat  Pada Produk Ternak
Kendala dalam penggunaan insektisida di dalam kegiatan pertanian tidak hanya masalah keracunan pada ternak dan manusia, tetapi juga kekhawatiran akan timbulnya  residu pada lingkungan dan produk pangan melalui mata rantai makanan. Residu insektisida dapat  terjadi akibat disengaja maupun tidak disengaja seperti tertumpah, kebocoran kemasan, penyemprotan, tertiup angin dan terkonsumsi pakan atau air minum yang terkontaminasi (KIZZA dan BROWN, 1998; SOEJITNO dan ARDIWINATA, 1999).
Tingginya tingkat akumulasi residu karbofuran pada daun kedua jenis tanaman ini (padi dan jagung), dapat diperkirakan akan terbawa ke jaringan tubuh ternak terutama sapi potong dan sapi perah mengingat limbah kedua tanaman tersebut sering dimanfaatkan sebagai pakan ternak pada daerah-daerah yang kekurangan penyediaan rumput dan hijauan pakan ternak. Sebagai akibatnya residu karbofuran dapat pula
terbentuk pada daging dan susu. Sementara itu penelitian lapang mengenai residu dan toksisitas pestisida karbamat pada produk ternak yang dilakukan oleh WIDIASTUTI et al. (2005) pada tahun 2005 di Blora – Jawa Tengah terdeteksi residu karbofuran pada jerami padi, jerami jagung, serum sapi potong dan daging sapi yang dikoleksi dari pasar setempat.
     Sumber pencemaran sampel daging sapi kemungkinan berasal dari beberapa faktor, antara lain sapi yang dipotong mengalami pencemaran oleh insektisida karbofuran, pakan yang dikonsumsi sapi juga mengalami pencemaran oleh insektisida serta air yang digunakan baik sebagai minuman sapi maupun dalam proses pemotongan sapi mengalami pencemaran insektisida karbofuran. Lebih lanjut, tingginya residu karbofuran dalam sampel daging ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi kesehatan manusia mengingat nilai LD50 karbofuran secara oral pada manusia hanya 5 mg/kg BB (IPCSINTOX, 1985) sedangkan rataan residu pada sampel daging tersebut mencapai 0,17 mg/kg. Tingginya rataan residu pada sampel daging asal pasar tradisional setempat perlu mendapat perhatian karena
dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat sebagai konsumen daging tersebut.
     Masalah pencemaran lingkungan oleh pestisida menjadi perhatian utama bagi masyarakat karena keberadaan residu di dalam lingkungan dan jaringan tubuh hewan. Residu pestisida dalam pangan dan pakan ternak menjadi perhatian karena pestisida dapat masuk ke dalam sistem tubuh manusia melalui konsumsi pangan tercemar atau susu, daging dan produk ternak lainnya yang mengkonsumsi pakan tercemar insektisida. Keberadaan residu karbamat di dalam susu segar perlu mendapatkan perhatian mengingat tingkat konsumsi susu segar yang cukup tinggi dalam masa pertumbuhan (usia muda).



Pencegahan Keracunan Dan Residu Insektisida Karbamat
Masalah  utama dalam  penggunaan insektisida dalam suatu  kegiatan, khususnya kegiatan pertanian adalah timbulnya kasus keracunan pada hewan non- target, pencemaran lingkungan dan terbentuknya residu baik pada produk pangan dan jaringan tubuh hewan dan manusia yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Pencemaran  lingkungan oleh pestisida yang persisten menjadi perhatian utama bagi masyarakat karena timbulnya residu pestisida di dalam lingkungan dan jaringan tubuh makhluk hidup. Residu pestisida dalam pangan dan pakan ternak menjadi
perhatian karena pestisida tersebut dapat masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui konsumsi makanan terkontaminasi atau melalui susu, daging dan produk ternak lainnya yang diberi pakan tercemar.

Keracunan Karbamat
Pertolongan pertama terhadap penderita keracunan karbamat adalah mendiagnosis terjadi reaksi kholinergik yang diikuti dengan menghentikan gejala kholinergik dengan atropin. Selanjutnya melakukan dekontaminasi saluran pencernaan dengan cara mengeluarkan isi lambung (gastric lavage) dan pemberian arang aktif (5 g/kg BB). Selanjutnya mengurangi gejala klinis lain seperti kegagalan pernapasan dengan ventilasi pendukung
(tracheal tube) atau pemberian cairan tubuh (infus) (EDDLESTON et al., 2004)

Residu Karbamat
Penurunan kadar residu pada pangan dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu secara fisik dan kimia. Residu pestisida pada produk pertanian dapat dikurangi dengan cara mencuci produk tersebut dengan air yang mengalir untuk beberapa kali, kemudian direndam di dalam air selama satu jam. Alternatif lain adalah merebus produk tersebut selama satu menit dan kemudian buang air rebusan. Bila kedua cara tersebut dikombinasi maka penurunan residu pestisida dapat berlangsung terus. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa detergen dapat digunakan untuk melepaskan residu pestisida pada buah-buahan.



Pencemaran lingkungan
Masalah yang banyak diprihatinkan dalam pelaksanaan program pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah masalah pencemaran yang diakibatkan penggunaan pestisida dibidang pertanian, kehutanan, pemukiman, maupun disektor kesehatan. Pencemaran pestisida terjadi karena adanya residu yang tertinggal di lingkungan fisik dan biotis disekitar kita. Sehingga akan menyebabkan kualitas lingkungan hidup manusia semakin menurun.

Pestisida sebagai bahan beracun, termasuk bahan pencemar yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Pencemaran dapat terjadi karena pestisida menyebar melaui angin, melalui aliran air dan terbawa melalui tubuh organisme  yang dikenainya. Residu pestisida sintesis sangat sulit terurai secara alami. Bahkan untuk beberapa jenis pestisida, residunya dapat bertahan hingga puluhan tahun. Dari beberapa hasil monitoring residu yang dilaksanakan, diketahui bahwa saat ini residu pestisida hampir ditemukan disetiap tempat lingkungan sekitar kita. Kondisi ini secara tidak langsung dapat menyebabkan pengaruh negatif terhadap organisme bukan sasaran. Oleh karena sifatnya yang beracun serta relatif peersisten dilingkungan, maka residu yang ditinggalkan pada lingkungan menjadi masalah
Lingkungan akibat pestisida merupakan konsekuensi dari penggunaan secara
instensif pada lahan pertanian. Kebiasaan bertani untuk menyiram tanaman melalui irigasi dapat pula mengkontaminasi sumber air lainnya dan rumput sebagai pakan ternak yang memungkinkan dikonsumsi/digunakan oleh ternak yang berada disekitarnya sehingga pada akhirnya pestisida tersebut ditranslokasikan ke dalam daging dan susu sebagai produk akhir peternakan (TEJADA et al., 1990; INDRANINGSIH et al., 2004; INDRANINGSIH, 2006). Aplikasi perstisida pada area pertanian merupakan sumber potensial timbulnya kontaminasi pada air. Penyebaran kontaminasi ini bergantung pada dosis yang diaplikasikan, penguraian pestisida, kondisi tanah dan faktor ekologi lainnya (ZAKI et al., 1982).
     Pencemaran karbofuran pada daging sapi dapat pula terjadi akibat dilakukannya penyemprotan karbofuran di sekitar tempat pemotongan hewan maupun pada saat pengiriman hewan ke pasar serta tercemarnya air yang digunakan untuk kebersihan rumah potong hewan. Residu pestisida dapat terurai (degradasi) secara perlahan, cepat atau konstan. Faktor yang mempengaruhi degradasi pestisida terdiri dari penguapan, pencucian/pembilasan ,pelapukan, degradasi enzimatik dan translokasi (TARUMINGKENG, 1992). Penurunan konsentrasi residu insektisida merupakan jalur utama pelepasan insektisida tersebut dari tanah (RAO et al., 2004). Sifat kimiawi dan fisik insektisida seperti kelarutan, polaritas, volatilitas dan stabilitas merupakan faktor penentu jalur dan laju degradasi insektisida (FUSHIWAKI dan URANO, 2001).
Berbagai teknik reduksi residu/cemaran insektisida dalam produk pangan dan lingkungan telah berkembang melalui berbagai metode. Umumnya metoda pengurangan residu/cemaran insektisida dibagi dalam tiga kelompok yaitu secara fisik (pemanasan dan
penguapan), kimia dan biologi. Sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang
bergantung pada bahan biologis, budaya dan penggunaan bahan kimia yang minimal secara intensif bertujuan untuk pengendalian hama merupakan salah satu jawaban untuk mengurangi pencemaran insektisida pada lingkungan dan produk pangan. Sistem PHT telah berkembang dan diterapkan diberbagai negara berkembang termasuk Indonesia untuk beberapa komoditas hortikultura dalam rangka minimalisasi residu pada produk pangan (NORTON et al., 2003). Aplikasi insektisida seperti karbofuran pada tanaman dapat jatuh ke tanah dan keberadaannya di tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
kemampuan absorbsi partikel tanah dan bahan organik, pencucian oleh hujan, penguapan, degradasi atau aktivasi oleh mikroorganisme tanah, dekomposisi fisiko-kimia oleh sinar matahari dan translokasi melalui sistem hayati (SETHUNATHAN dan SIDDARAMMAPA, 1977; MABURY et al., 1996).












KESIMPULAN
Pestisida adalah substansi atau bahan kimia atau juga bahan yang lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan/perkembangan dari berbagai penyakit seperti hama dan gulma. Selain itu pestisida juga berfungsi sebagai pengatur atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman sehingga dapat memaksimalkan hasil pertanian.
Insektisida golongan karbamat yang umum digunakan dalam kegiatan pertanian adalah karbofuran (Furadan), aldikarb (Temik) dan karbaril (Sevin). Bila penggunaan insektisida dilakukan sesuai aturan dapat memberikan keuntungan, tetapi bila tidak, akan
menimbulkan kerugian seperti keracunan, gangguan kesehatan, pencemaran lingkungan dan residu pada produk pangan.
Beberapa sampel pangan tersebut mengandung residu karbofuran yang melebihi
batas maksimum residu yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).
Keberadaan residu karbofuran dalam produk pangan perlu menjadi perhatian mengingat karbamat merupakan pestisida yang bersifat toksik bagi kesehatan masyarakat dan ternak




DAFTAR PUSTAKA
ADININGSIH,S., J.J. SOEJITNO dan WIBOWO. 1998. Ameliorasi
Pencemaran Agrokimia pada Lahan Sawah
Intensifikasi Jalur Pantura Jawa Barat. Laporan Riset
Unggulan Terpadu IV 2. Kantor Menristek – Dewan
Riset Nasional 1998. 86p

BADAN PENGENDALI BIMAS. 1990. Rencana dan realisasi
penggunaan pestisida untuk tanaman pangan.
Departemen Pertanian. 13

BARON, R.L. 1994. A carbamate insecticide: a case study of
Aldicarb. Environ. Health Perspect. 102: 27 – 27.
BARON, R.L. and T.L. MERRIAM. 1988. Toxicology of
aldicarb. Rev. Exptl. Contam. Toxicol. 105: 1 – 70

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA DASAR. 2001.
Produksi Pestisida. Direktorat Jendral Industri Kimia
Dasar, Jakarta. 125 hlm

INDRANINGSIH.2006.
Sumber kontaminan dan penanggulangannya residu pestisida pada pangan produk peternakan: Suatu tinjauan. Wartazoa 16(2): 92 – 108

1 komentar:

  1. Top 10 Casino websites in 2021 - DrMCD
    Top 10 Casino websites in 2021 김해 출장샵 - DrMCD. If you are new 세종특별자치 출장안마 to gambling 김천 출장마사지 in the US 인천광역 출장샵 then you will be able 서울특별 출장마사지 to start playing at these sites.

    BalasHapus

 

Meet The Author